Kotak Chat


ShoutMix chat widget

Followers

Kasih Seorang Ibu

Diposting oleh fajar site Selasa, 24 November 2009


Seorang ibu hidup dengan anak semata wayang (satu-satunya), karena suaminya telah meninggal karena sakit. Usianya yang telah senja, membuat tubuh ibu itu semakin rentan. Ia tidak seperti dulu lagi yang tekun bekerja, namun ia tidak patah semangat demi anak yang disayanginya.

Sang ibu merasa sedih , ia selalu memikirkan anak satu-satunya, sesekali ai menangis meratapi nasibnya yang malang. Karena anaknya memiliki perilaku yang jelek, suka mencuri, berjudi, mengadu ayam dan perbuatan itu melukai hati ibunya, namun si ibu sangat menyanginya. Hal ini dibuktikan dengan doa dari ibu yang penuh keikhlasan dan tak henti-hentinya memohon ampunan dari Allah.

“Ya Allah, berikanlah hidayah-Mu kepada anakku supaya ia tak berbuat dosa dan kemungkaran yang Engkau benci. Ampunilah segala kesalahannya dan kembalikanlah dia pada jalan-Mu. Hamba sudah tua dan tidak sanggup mengemban amanah-Mu dengan baik. Hamba ingin menyaksikan ia bertobat, sebelum hamba mati”.

Suatu hari, anak itu kembali mencuri. Namun, kali ini ia tidak berhasil, karena aksinya ketahuan oleh warga setempat yang kebetulan lewat. Kemudian ia ditangkap dan dibawa ke pejabat penegak hukum yang berwenang untuk mengadilinya. Setelah diketahui, bahwa ia sering mencuri di rumah warga dan meresahkan banyak orang, akhirnya anak tersebut dijatuhi hukuman pancung. Hukuman pancung bagi anak itu diumumkan ke seluruh desa. Eksekusi akan dilakukan keesokan harinya dan disaksikan oleh seluruh warga.

Ketika si ibu mendegar berita hukuman itu, ia bertambah sedih dan menangis, tak terbayangkan sebelumnya kalau anaknya mendapatkan hukuman mati. Si ibu berusaha tegar dan berdoa: “Ya Rabb, ampunilah anak hamba. Biarlah hamba-Mu yang sudah tua renta ini yang menanggung dosa dan kesalahannya”.

Dengan tertatih-tatih ia mendatangi pejabat yang memvonis anaknya dan memohon supaya anaknya dibebaskan. Tapi sayang, keputusan sudah tidak dapat dirubah. Anaknya harus tetap menjalani hukuman. Dengan hati hancur si ibu kembali ke rumahnya. Ibu itu terus berdoa dengan harapan anaknya diampuni. Karena kelelahan menhadapi ujian hidup, akhirnya si ibu tertidur.

Keesokan harinya, warga berbondong-bondong untuk menyaksikan hukuman pancung tersebut. Semua prosesi hukuman sudah disiapkan, sang algojo pun sudah siap dengan pedangnya. Anak itu pasrah menanti ajal yang sebentar lagi menjemputnya. Tidak disadari ia terbayang dengan ibunya yang selalu menyayanginya, ia sudah banyak menyusahkan dan menghancurkan harapan ibunya. Anak itu menangis dengan penuh penyesalan.

Sampai pada waktunya, detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Namun, waktu yang sudah ditetapkan terlewat, karena menunggu bunyi lonceng. Seharusnya lonceng itu berbunyi lima menit yang lalu, tapi mengapa suara dentangnya tidak ada. Semua orang merasa keheranan dan penasaran terhadap apa yang sedang terjadi. Tiba-tiba tali yang menghubungkan pada lonceng mengalir darah segar. Semakin tambah rasa penasaran, akhirnya salah satu petugas melihat lonceng tersebut. Terasa kaget bukan main dan jantung terasa berhenti dengan apa yang baru dilihatnya. Ternyata didalam lonceng besar itu ditemukan tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah. Hal ini yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi, karena terhalang dengan kepala si ibu yang terbentur pada dinding lonceng.

Semua orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata. Sementara si anak memeluk tubuh ibunya yang sudah tidak bernyawa. Penyesalan mendalam menyelimuti hatinya. Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke lonceng dan mengikat dirinya dengan memeluk besi pemukul lonceng yang ada didalamnya dengan harapan ketika lonceng tidak berbunyi maka anaknya terhindar dari hukuman pancung.

Luar biasa!!! Kekuatan apakah yang membuat si ibu mau mengorbankan diri untuk anaknya, padahal ia sering melukai hatinya? Cerita diatas wajib untuk kita renungi dengan sangat serius, karena sudahkah kita membahagikan mereka? (jawabnya ada dihati anda sendiri)
Dikutip dari buku "INSPIRING FOR SUCCESS"

1 Responses to Kasih Seorang Ibu

  1. Anonim Says:
  2. Pak Fajar,

    Kami dari penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih berniat menggunakan foto di artikel ini sebagai salah satu unsur cover buku yang berisi tentang ibu dengan anak berkebutuhan khusus. Bagaimana kami mendapat foto asli/resolusi bagus dan izin penggunaannya?

    Salam,
    Arry

     

Posting Komentar

Iklan


Masukkan Code ini K1-1FA493-1
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

translator

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

kontak

Tuker link

visitor

free counters